Jember, 3 Juni 2025 – Musim kemarau panjang yang melanda Kabupaten Jember sejak awal Mei 2025 mulai berdampak serius. Sejumlah wilayah mengalami kekeringan parah, menyebabkan krisis air bersih bagi warga.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember mencatat setidaknya 12 desa di 6 kecamatan mengalami penurunan debit air secara drastis, bahkan beberapa sumur warga mulai mengering. Daerah terdampak paling parah berada di Kecamatan Puger, Silo, dan Wuluhan.
“Setiap hari warga harus berjalan hingga 2–3 kilometer hanya untuk mendapatkan air. Ada pula yang mengandalkan kiriman air dari tangki BPBD,” ujar Kepala BPBD Jember, Edi Supriyono.
Pemerintah Kabupaten Jember telah mendistribusikan bantuan air bersih melalui mobil tangki ke desa-desa terdampak. Namun, jumlah permintaan terus meningkat seiring makin meluasnya dampak kekeringan.
Salah satu warga Dusun Krajan, Desa Mojosari, mengungkapkan bahwa mereka kini harus bergiliran mengambil air dari satu sumber mata air kecil yang masih tersisa. “Biasanya cukup untuk satu RT, sekarang satu dusun harus rebutan. Air bersih jadi sangat berharga,” ujarnya.
Langkah Antisipasi dan Imbauan Pemkab:
Warga diminta menghemat penggunaan air untuk kebutuhan pokok saja.
Pemerintah desa didorong membangun penampungan air sementara.
Dinas Pertanian juga mulai memetakan lahan pertanian yang terancam gagal panen.
BPBD mengimbau masyarakat untuk segera melapor jika mengalami krisis air bersih agar penyaluran bantuan bisa tepat sasaran. Sementara itu, BMKG memprediksi kemarau tahun ini akan berlangsung lebih panjang dari biasanya, dengan puncaknya diperkirakan terjadi pada Juli–Agustus 2025.
Belum ada komentar.